Melihat perjuangan pemerintahan Abbasiyah dapat dipahami
bahwa Ilmu pengetahuan dipandang sebagai
suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para pembesar
lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu,
menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. Akhirnya banyak dijumpai kemajuan
dan perubahan di berbagai bidang.
Zaman ini adalah zaman keemasan Islam. Dalam zaman ini,
kedaulatan kaum muslimin telah sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan,
kemajuan, ataupun kekuasaan. Dalam zaman ini telah lahir berbagai ilmu Islam,
dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Masa Daulah
Abbasiyah adalah masa di mana umat Islam mengembangkan ilmu pengetahuan, suatu
kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam sejarah.
Mereka sangat mencintai ilmu dan mengorbankan kekayaannya
untuk memajukan kecerdasan rakyat dan meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga
karena banyaknya keturunan Malawy yang memberikan tenaga dan jasanya untuk
kemajuan Islam. Banyak keberhasilan seorang pemimpin dari Abbasiyah yang dapat
disimpulkan merupakan penggerak perubahan untuk kemajuan Islam dalam
pengetahuan dan teknologi yang modern pada masa itu
Pada bidang Pertanian para pemerintah Abbasiyah mengangkat
beberapa insinyur yang bertugas mengelola bendungan dan parit agar tetap
kondusif. Para kaum Abbasiyah juga mulai menggunakan tenaga sapi untuk menggali
tanah dan sudah mulai manggunakan pupuk.[1]
Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui
sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan benar-benar dari
belenggu taklid, hal mana menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan
pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan
sebagainya.[2]
[1]
Prof. DR. KH. Sjechul Hadi Permono,SH,MA. , Islam
dalam Lintasan Sejarah Perpolitikan,( Surabaya:CV.Aulia), hal161
Jatuh itu memang menyakitkan. Apalagi ketika kita udah
berada jauh di puncak kesuksesan. Setelah berhasil membangun kejayaan selama 14
abad lebih, akhirnya peradaban Islam jatuh tersungkur. Inilah kisah tragis yang
dialami peradaban Islam. Bukan tanpa sebab tentunya. Serangan pemikiran dan
militer dari Barat bertubi-tubi menguncang Islam. Akibatnya, kaum muslimin
mulai goyah. Puncaknya, adalah tergusurnya Khilafah Islamiyah di Turki dari
pentas perpolitikan dunia.[1]
Sejak saat itulah sampai sekarang kita nggak punya lagi pemerintahan Islam.
Akibatnya, umat Islam terkotak-kotak di berbagai negeri
berdasarkan letak geografis yang beraneka ragam, yang sebagian besarnya berada
di bawah kekuasaan musuh yang kafir: Inggris, Perancis, Italia, Belanda, dan
Rusia. Di setiap negeri tersebut, kaum kafir telah mengangkat penguasa yang
bersedia tunduk kepada mereka dari kalangan penduduk pribumi. Para penguasa ini
adalah orang-orang yang mentaati perintah kaum kafir tersebut, dan mampu
menjaga stabilitas negerinya.
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini
pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terbelakang, yang
lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu
pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita
itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan
kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya
dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Akibatnya krisis-krisis
sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa
Muslim.
Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang
mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan Iptek Islam yang jaya di masa
lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber
daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan
Ipteknya) Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan,
sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati,
memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain
Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi
pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular,
maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana
ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang amanat Khalifatullah
(wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan
menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Tentunya kita
berharap baha kejayaan Islam pada Daulah Abbasiyah dapat terulang kembali pada
saat ini.
[1]
Prof. DR. KH. Sjechul Hadi Permono,SH,MA. , Islam
dalam Lintasan Sejarah Perpolitikan,( Surabaya:CV.Aulia), hal172
Tidak ada komentar:
Posting Komentar